TEMPO Interaktif, Jakarta, Rabu, 21 Januari 2009 | 09:37 WIB:
Saat Barack Obama naik ke podium dan memberi pidato pengukuhannya, satu
orang berada nyaris tidak terlihat di kerumunan massa. Dengan wajah
yang kekanakan, pemuda 27 tahun bernama Jon Favreau itu seperti tidak pas diantara para pejabat-pejabat tinggi.
Tapi meski tidak pas, jangan remehkan Favreau: ia yang menulis
naskah pidato pengukuhan Obama. Ya, penulis pidato Obama memang pemuda
kelahiran 1981 dan ia menjadi “Direktur Penulis Pidato Gedung Putih”
termuda sepanjang sejarah.
Untuk membuat naskah pidato pengukuhan, Favreau mesti bekerja keras.
Kerja ini diawali dengan pertemuan pertama. Di sana Obama menjelaskan
apa yang ingin disampaikan dalam pidato. Favreau menuliskan poin-poin
pertemuan ini dalam komputernya.
Favreau tidak langsung menulis pidato hanya dari pertemuan ini saja.
Ia dan timnya segera saja melakukan riset beberapa pekan. Mereka
mewawancarai ahli sejarah dan para penulis naskah pidato lain. Mereka
mempelajari periode-periode Amerika sedang mengalami krisis. Mereka
juga mendengarkan pidato-pidato pengukuhan sebelumnya.
Saat data semua sudah masuk, Favreau segera saja “bertapa” di salah
satu kafe Starbucks di Washington untuk menulis rancangan pertama
naskah pidato. Rancangan pertama selesai, dikirim ke Obama. Obama akan
memotong atau menamahi atau memberi ide lain dan dikirim balik ke
Favreau. Proses revisi ini diulang hingga empat atau lima kali sampai
semua puas.
Bukan perkara gampang Favreau menjadi penulis naskah pidato Obama.
Kesulitan pertama, karena Obama ini bukan hanya orator yang jago tapi
juga penulis piawai. Dia sudah menulis dua buku yang kedua-duanya
menjadi box office.
Favreau bekerja keras agar benar-benar memahami Obama. Ia
mempelajari pola-pola dan struktur pidato yang biasa dilakukan Obama
dengan sangat serius. Tidak hanya itu, ia menguntit kehidupan
sehari-hari Obama agar makin memahami.
Pidato Obama pada Konvensi Demokrat 2004, yang membuat bocah Menteng
ini naik ke permukaan politik Amerika Serikat, ia hapalkan. Dilaporkan
bahwa kemanapun ia pergi, tangannya selalu membawa buku otobiografi
Obama “Dreams From My Father”.
Obama sangat percaya dengannya. Presiden berkulit hitam pertama
Amerika ini bahkan menyebut Favreau sebagai “pembaca pikirannya.”
Kemampuan ini digunakan Favreau hampir setiap hari selama 18 bulan
kampanye presiden yang berat.
Favreau hampir setiap hari tidur pukul 3.00 dini hari dan kadang
bangun dua jam kemudian, menulis pidato untuk disampaikan hari
berikutnya dengan bantuan kafein dari espreso atau Krating Daeng–di
Amerika Serikat diberi cap Red Bull. “Entah kapan terakhir saya tidur
lebih dari enam jam,” katanya.
Saat Obama naik, Favreau sering digoda rekan-rekannya karena ia
mulai terkenal. Tapi Favreau tetap tidak punya pacar karena
pekerjaannya yang sekarang benar-benar menguras waktunya. Satu-satunya
kegiatan diluar pekerjaan adalah bermain video game “Rock Band” jika
sudah jenuh.
Saat pertama bertemu Obama, Favreau adalah sarjana berusia 23 tahun
yang baru saja lulus dari College of the Holy Cross di Worcester dan
bekerja untuk John Kerry dalam pencalonan presiden yang kemudian gagal.
Saat itu, secara tidak sengaja, Favreau mendengarkan Obama sedang
mengulang-ulang pidato yang akan disampaikan dalam Konvensi Demokrat
2004. Pidato itu, kemudian, membuat nama Obama naik ke dunia politik
nasional Amerika Serikat.
Saat melatih pidato itu, Favreau tiba-tiba saja memotong. Ia
menganjurkan Obama menulis ulang selalu satu baris pidatonya agar tidak
mengulang. “Ia memandang saya, agak bingung sampai berpikir: siapa
bocah ini?” kata Favreau mengingat pertama ia bertemu.
Favreau belakangan naik pangkat menjadi salah satu penulis naskah
pidato Kerry. Tapi Kerry sendiri kalah dari George W. Bush dalam
pemilihan presiden sehingga Favreau menganggur.
Pemuda ini masuk ke tim Obama atas rekomendasi Direktur Komunikasi
Obama, Robert Gibbs, yang mengenal selama kampanye Kerry. Saat itu,
pekerjaan sebagai penulis naskah Obama cukup santai. Mereka kadang
nongkrong bareng. Mereka juga memiliki kegemaran bisbol meski mendukung
tim berbeda.
Suatu ketika, saat tim White Sox kesayangan Favreau menang atas Red
Sox yang digemari Obama, Senator dari Illinois itu mesti membayar
taruhannya: membersihkan meja Favreau dengan kemoceng.
Selama kampanye presiden, Favreau memimpin dua orang penulis naskah
pidato lain: Adam Frankel, 26 tahun, yang pernah membantu bekas
penasehat John F. Kennedy yakni Theodore C. Sorensen membuat memori,
dan Ben Rhodes, 30 tahun, yang pernah membantu menulis laporan Kelompok
Studi Irak saat menjadi asisten senator Lee H. Hamilton.
Meski memiliki pekerjaan begini serius, tapi usia yang masih muda
tidak bisa disembunyikan. Ia kadang membuat guyonan yang memalukan.
Misalnya saja, pada Desember lalu, dan seorang temannya difoto di
sebuah pesta. Foto itu berlatar belakang poster kardus Hillary
Clinton–pesaing Obama saat pemilihan pendahuluan- -dan tangan Favreau
sedang memegang dada Hillary.
Sialnya, foto ini beredar di Facebook dan memaksa Favreau meminta
maaf. Seorang juru bicara Demokrat berusaha mempositifkan kejadian ini
dengan menyebut sebagai kebiasaan partainya untuk guyonan. Untung saja
insiden ini tidak banyak diberitakan sehingga dampaknya terbatas dan
Favreau bisa menyaksikan bagaimana Obama memberi pidato pengukuhan yang
ia tulis.
http://www.tempointeraktif.com/hg/amerika/2009/01/21/brk,20090121-156228,id.html
Rabu, Januari 21, 2009
NEWS: Pidato Pengukuhan Obama Ditulis Pemuda 27 Tahun di Starbucks
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
DELIVERY SERVICE : (021)30565629 - HOTLINE: (021)606.36235 - 081385.386.583
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]
Mungkin hanya di tempat ini satu-satunya restoran yang menyajikan makanan khas masakan Medan Deli, makanan melayu yang akrab buat kebanyakan orang Indonesia [...]






Tidak ada komentar:
Posting Komentar